MENERIMA PANGGILAN HADRAH : MARAWIS KHITANAN, PERNIKAHAN,DLL
Pimpinan : USTADZ ACHMAD SYAIFULLAH S.Ag
HUBUNGI CONTAC PERSON
USTADZ ACMAD SHOBARI < 08979228494 >
IRVAN PARADIYANSYAH < 021 > 95185503 & 08561071645
JADWAL HADROH MAJELIS AL-KAHFI Setiap Malem jum'at di Kemandoran Awal Bulan. jum'at kemudian setelah itu di Mesjid Al-huda (al-hasyimi) dan bergilir selama sebulan..
Share/Bookmark

27 Mar 2010

keramat para wali Allah swt, terbitkan pada buku kenalilah akidahmu edisi 2 insya Allah.

0 komentar
FIRMAN ALLAH SWT MENJELASKAN KERAMAT PARA WALI
Firman Allah swt menceritakan kejadian Sulaiman as : "Maka berkatalah Sulaiman (as) : siapakah diantara kalian yg dapat membawakan Singgasananya (Singgasana Ratu Balqis) kehadapanku sebelum mereka datang menyerahkan diri?, maka berkatalah seorang Ifrit dari golongan Jin : Aku akan membawakannya padamu sebelum kau berdiri dari kursimu!, sungguh aku memiliki kekuatan dan dapat dipercaya!, Maka berkatalah seseorang yg memiliki ilmu dari kitabullah : Aku akan membawakannya padamu (singgasana Ratu Balqis) sebelum engkau mengedipkan matamu, maka ketika Sulaiman (as) melihat singgasana itu dalam sekejap sudah tegak dihadapannya…" (QS Annaml 39-41)

Disini jika kita ringkaskan saja, maka tidak mustahil seorang wali Allah berkata aku mampu berbuat ini dan itu, aku mampu menghidupkan yg mati, aku mampu memindahkan singgasana itu sebelum kau kedipkan matamu!, atau ucapan ucapan yg didasari kekuatan ilahiah, dan yg mengingkari hal ini maka Allah swt telah menyiapkan jawabannya sebelum mereka bertanya dan mengingkari, sbgmn firman Allah swt diatas, membuktikan bahwa ucapan itu bukan ucapan sombong, tapi justru merupakan tanda kebesaran Allah swt.

Firman Allah swt diatas ini jelas bukan tercantum pada Taurat, Zabur, Injil atau shuhuf para nabi terdahulu, padahal kejadiannya adalah pada ummat terdahulu, namun tercantum pada Alqur'an, agar Ummat Muhammad saw memahami bahwa jika muncul hal hal seperti ini pada masa mereka maka hal itu bukan hal yg aneh, namun hal biasa yg sudah terjadi pada ummat ummat terdahulu, justru yg mengingkari hal seperti ini kufur hukumnya karena ia mengingkari Alqur'an,

Firman Allah swt menceritakan kejadian Musa dan Khidir as dalam surat Al Kahfi:
Maka ia (Musa as) menemukan hamba dari hamba hamba hamba Kami yg kami beri padanya Rahmat dari sisi kami dan kami mengajarinya dengan ilmu dari sisi kami (Ladunniy) (65),
maka berkata padanya Musa : Bolehkah aku mengikutimu agar kau ajarkan dari kemuliaan kemuliaan yg diajarkan padamu? (66),
ia (Khidir as) menjawab : engkau tak akan mampu bersabar bersamaku (67),
dan bagaimana pula kau bisa bersabar pada apa apa yg kau belum dikabarkan? (68),
(Musa menjawab) engkau akan menyaksikan Insya Allah aku merupakan orang yg bersabar dan aku tak akan mengingkari urusanmu (69),
berkatalah ia (khidir as) : Jika kau mengikutiku janganlah kau bertanya apapun sampai aku sendiri yg mengabarkannya padamu (70),
maka mereka pun berlalu, hingga menumpang disebuah kapal dan ia (khidir as) menenggelamkannya, berkatalah (musa as) apakah kau merusak dan menenggelamkannya untuk mencelakakan pemiliknya, sungguh kau telah berbuat kejahatan! (71),
maka berkatalah ia (Khidir as) bukankah telah kukatakan bahwa engkau sungguh tak akan bersabar bersamaku? (72),
maka ia (Musa as) berkata : Jangan kau perdulikan kelupaanku, dan jangan menyulitkanmu persahabatanku dg mu (maafkan apa yg kuperbuat) (73),
maka mereka berlalu hingga menjumpai seorang anak, lalu ia (Khidir as) membunuhnya, maka Musa berkata: Apakah kau membunuh manusia suci tanpa sebab yg benar..??, sungguh kau telah berbuat kejahatan!! (74),
maka berkatalah ia (Khidir as) bukankah telah kukatakan bahwa engkau sungguh tak akan bersabar bersamaku? (75),
(Musa as berkata) Jika aku bertanya lagi tentang sesuatu maka jangan kau jalan bersamaku, karena aku telah berulang ulang berbuat kesalahan (76),
maka mereka berlalu hingga mereka mengunjungi sebuah perkampungan, dan mereka minta makan dan penduduk tak mau menjamu mereka, maka keduanya menemui sebuah tembok yg hampir roboh, maka ia (Khidir as) menegakkannya, maka ia berkata (Musa as) jika kau mau bisa saja kau membayar tukang untuk melakukannya (77),

berkatalah ia (khidir as) Inilah perpisahanku denganmu, akan kukabarkan padamu makna makna yg kau tak dapat bersabar atasnya (78),
mengenai kapal itu, adalah milik orang miskin yg bekerja dilautan dan aku sengaja merusaknya, karena dihadapan mereka ada penguasa yg akan merampas semua kapal kapal, (aku menenggelamkannya agar ka[al mereka selamat dan dapat diperbaiki dan barang barang dan hartanya selamat) (79),
mengenai anak yg kubunuh maka kedua ayah ibunya adalah orang mukmin, dan kami tak ingin ia hidup menjadi penjahat dan kufur (Sebagaimana riwayat Shahih Muslim bahwa anak itu akan tumbuh menjadi kafir dan kami menyayangi kedua orang tuanya dan tak mau mengecewakan keduanya) (80),
maka Allah ingin menggantikan untuk ayah ibunya yg lebih baik bagi mereka dan suci (81),
mengenai Tembok maka milik dua anak yatim di kota dan dibawahnya terdapat harta karun milik kedua ayah ibunya dan keduanya orang yg shalih, dan Allah menginginkan agar mereka dewasa dan mengeluarkan harta itu untuk mereka kelak, inilah rahmat dan kasih sayang pada mereka dari Tuhanmu, dan aku tidak memperbuat itu dari keinginan pribadiku, itulah makna dari apa apa yg kau tak bisa bersabar darinya (82). (QS Al Kahfi 65-82).

Jelaslah sudah bahwa Allah swt menguasakan kepada hamba hamba Nya beberapa hal yg tidak masuk akal dan bertentangan dg syariah, hal ini dimunculkan oleh Allah swt bahwa itu bukan berupa kegilaan, tapi justru kehendak Allah swt dan mengandung hikmah yg mendalam, dimana Allah swt mengajari Musa as bahwa tak bisa logika menjadi acuan atas segala hal, banyka hal gaib yg kelihatannya adalah kemungkaran namun justru merupakan Samudra kelembutan Allah swt.

Firman Allah swt dalam hadits Qudsiy : "Barangsiapa memusuhi wali Ku maka Ku umumkan perang padanya, tiadalah hamba hamba Ku mendekat pada Ku dengan hal hal yg telah kuwajibkan, dan hamba hamba Ku tak henti hentinya pula mendekat pada Ku dengan hal hal yg sunnah hingga Aku mencintainya, Jika Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, aku menjadi pandangannya yg ia gunakan untuk melihat, aku menjadi tangannya yg ia gunakan untuk melawan, aku menjadi kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, Jika ia meminta pada Ku niscaya kuberi apa yg ia minta, dan jika ia mohon perlindungan pada Ku niscaya kuberi padanya perlindungan" (Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/Tawadhu)

Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy dalam kitabnya Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan makna hadits ini dalam 6 penafsiran, secara ringkasnya saja bahwa panca indera mereka telah suci dari hal hal dosa karena mereka menyucikannya, dan mereka tidak mau berucap terkecuali kalimat kalimat dzikir atau ucapan mulia, tak mau mendengar terkecuali yg mulia pula, demikian seluruh panca inderanya, dan Allah swt membimbing panca indera mereka untuk selalu mulia. (Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/Tawadhu)

Maka yg terpenting dalam hadits mulia ini adalah perkataan : "Jika ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaan Nya", ucapan ini jelas jelas menjawab seluruh sangkalan mereka,
Bahwa bisa saja mereka berdoa pada Allah swt untuk menghidupkan yg mati, pindah ke tempat lain, mendengar atau melihat perasaan orang lain dlsb,

sebagaimana dijelaskan oleh Imam Tajuddin Assubkiy bahwa diantara bentuk karamat adalah sepuluh macam, dan sungguh lebih banyak dari itu, yg pertama adalah Menghidupkan yg mati, kedua adalah berbicara dg yg mati, yg ketiga adalah terbelahnya lautan dan keringnya lautan, keempat adalah berubahnya bentuk, kelima adalah berjalan diatas air, keenam adalah ucapan hewan dan benda, ketujuh adalah taatnya hewan, kedelapan adalah digulungnya waktu, kesembilan terdiamnya lidah atau terucapkannya, kesepuluh adalah terkeluarkannya harta karun, demikian dijelaskan dg panjang lebar oleh Imam Tajuddin Assubkiy Dalam kitabnya Thabaqatussyafi'i Al Kubra Juz II hal 338 cetakan Darul Ihya)

Dan tentunya kejadian Tsunami di Aceh telah pula memperjelas ini, bahwa Air Dahsyat setinggi 30 meter dengan kecepatan 300km/jam dan kekuatan ratusan juta ton, terbelah di makam makam shalihin dan masjid, menunjukkan kemuliaan dan keramat para Wali Allah yg dimuliakan Allah swt walau mereka telah wafat, mereka tetap Benteng Allah swt dimuka Bumi sebagaimana firman Nya : "Sungguh Bumi diwariskan Allah pada hamba hamba Nya yg shalih" (QS Al Anbiya 105).

Rasul saw bersabda : akan datang kelak…., atau akan muncul kelak setelah aku wafat…., atau kelak di hari kiamat…., hadits hadits shahih semacam ini ratusan banyaknya, merupakan tanda tanda hari kiamat, keadaan kelak di alam barzakh, keadaan di hari kiamat, kesemuanya dikabarkan oleh Rasul saw dengan gamblangnya menunjukkan bahwa beliau saw mengetahui apa yg akan terjadi, bahkan mengetahui seseorang itu akan mati dalam kebaikan atau dalam kekufuran, sebagaimana riwayat shahih Muslim yg menjelaskan bahwa seorang pejuang yg berjuang dengan giatnya namun Rasul saw berkata : "Dia ahli neraka!", para sahabat menyangkalnya karena orang itu berjihad dengan semangat dan kesungguhan, namun terbuktilah pada akhirnya ia membunuh diri dengan memotong urat nadinya.

KERAMAT PARA SAHABAT
Ketika Khalifah Umar bin Khattab ra sedang berkhutbah jumat, tiba tiba ditengah khutbahnya ia berseru dengan kerasnya : Wahai Sariah bin Hashiin.., keatas gunung.. keatas gunung..!, maka kagetlah para sahabat lainnya, kenapa Khalifah berkata demikian?, apa maksudnya?, sebulan kemudian kembalilah Sariah bin Hashiin dari peperangan bersama pasukan sahabat lainnya, mereka bercerita saat mereka terdesak dalam peperangan mereka mendengar suara Umar bin Khattab ra yg tak terlihat wujudnya, teriakan itu adalah : Wahai Sariah bin Hashiin.., keatas gunung.. keatas gunung..!, maka kami naik keatas gunung dan berkat itu kami memenangkan peperangan (Durrul muntatsirah fil ahaditsil Masyhurah oleh Al Hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi Juz 1 hal 22, Al Ishabah Juz 3 hal 6, Tarikh Attabari Juz 2 hal 553).

KERAMAT PARA SAHABAT RIWAYAT SHAHIH BUKHARI
Riwayat lain Ketika dua orang sahabat di malam yg gelap keluar dari menghadap Rasul saw, maka terlihatlah dua cahaya menerangi mereka, cahaya itu terus mengikuti mereka hingga mereka berpisah maka dua cahaya itupun berpisah, sampai mereka masuk kerumahnya masing masing (Shahih Bukhari Bab Manaqib)

Riwayat lain Ketika salah seorang sahabat membaca surat Alkahfi disuatu malam maka ia melihat keledainya melarikan diri, maka ketika ia selesai shalat ia melihat kabut yg menyelimuti sekitar, maka keesokan harinya ia menceritakannya pada Rasul saw maka Rasul saw berkata : Bacalah terus wahai fulan, sungguh itu adalah ketenangan yg turun sebab Alqur'an (Shahih Bukhari Bab Alamat Nubuwwah fil islam)

Riwayat lain ketika Abubakar shiddiq diberkahi makanan untuk tamu2nya dirumahnya, hingga tamu tamunya menyaksikan bahwa setiap mereka memakan makanan itu namun makanan itu tidak berkurang (Shahih Bukhari Bab Samar Ma'addhaif)

Riwayat lainnya Rasul saw bersabda : "Wahai Umar, tiadalah syaitan berpapasan denganmu disuatu jalan kecuali ia akan menghindar mencari jalan yg bukan jalanmu" (Shahih Bukhari Bab Manaqib Umar bin Khattab ra), berkata Al Hafidh Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy bahwa dalam hadits ini terkandung makna bahwa Ma'shum adalah hal yg wajib bagi para Nabi, namun merupakan hal yg bisa saja terjadi (tidak mustahil) bagi selain Nabi (Fathul Baari Bisyarh Shahih Bukhari Bab Manaqib Umar)

Riwayat lainnya sabda Rasulullah saw ; Tiadalah bayi bercakap cakap terkecuali tiga,
Isa bin Maryam (as),
dan di Bani Israil seorang lelaki bernama Jureij, ketika sedang shalat datanglah ibunya memanggilnya,seraya berkata dalam hatinya : Apakah aku menjawabnya atau meneruskan shalat?, maka Ibundanya marah dan berdoa : Wahai Allah jangan kau matikan ia hingga kau perlihatkan padanya wajah pelacur, maka suatu ketika Jureij di tempat khalwatnya dan datanglah padanya seorang wanita mengajaknya berzina, maka ia menolak, lalu pelacur itu mendatangi seorang penggembala dan kemudian berzina dengannya, maka wanita itupun hamil dan melahirkan bayi lelaki, maka wanita itu berkata ini adalah dari perbuatan Jureij..!, maka penduduk marah dan menghancurkan rumah ibadahnya, menyeretnya dan mencacinya, maka ia berwudhu dan shalat, dan mendatangi bayi itu dan berkata : Siapa ayahmu..?!, maka Bayi itu berkata : Ayahku adalah Penggembala, maka mereka berkata : Kami akan membangun rumah ibadahmu dari emas..??, maka ia berkata, tidak.., cukup dari tanah!.
Yg ketiga adalah ketika seorang wanita menyusui anaknya dari Bani Israil, maka lewatlah seorang pria berwibawa dan penguasa, maka ibu itu berkata : Wahai Allah jadikan anakku sepertinya!, maka anak itu melepaskan susu ibunya dan menjawab : Wahai Allah jangan jadikan aku sepertinya!, lalu ia kembali menyusu, dan berkata Abu Hurairah : seakan akan aku melihat pada Nabi saw yg menghisap jarinya (mempercontohkan hikayat), lalu lewatlah seorang Budak, dan ibunya pun berkata : Wahai Allah jangan jadikan anakku sepertinya!, maka Bayinya melepaskan susunya dan berkata : Wahai Allah jadikanlah aku sepertinya!, (berkata ibunya) mengapa begitu?, bayinya berkata : Orang pertama adalah penguasa bengis, dan Budak itu adalah dituduh pencuri, pezina, dan ia tak melakukannya" (Shahih Bukhari Bab Ahaditsul Anbiya).

Riwayat hadits ibu yg menyusui bayi diatas menunjukkan bolehnya Allah memberikan keramat pada wali sejak ia masih bayi, sudah dapat tahu takdir orang, tahu siapa orang itu sebenarnya, dan mengtahui hal yg ghaib, maka jika ada habaib masa lalu yg dikatakan sudah keramat danjadi wali Allah sejak bayinya, semacam Imam Abubakar bin Salim Fakhrul wujud dan lainnya, maka telah jelas diriwayatkan dalam shahih Bukhari mengenai dalilnya.

Riwayat lainnya bahwa Khubaib ra ketika ditangkap oleh Bani Harits , (dalam riwayat yg panjang), bahwa Putri dari Al Harits berkata : Tak pernah kulihat tawanan pun yg lebih baik dari Khubaib (ra), sungguh telah kusaksikan ia makan buah anggur sedangkan di Makkah saat itu tak ada sama sekali buah buahan, dan ia didalam penjara Besi, dan itu adalah Rizki yg diberikan oleh Allah swt (Shahih Bukhari Bab Jihad wassayr)

Riwayat lainnya bahwa seorang dari penduduk Kuufah mengadukan kepada Khalifah Umar ra tentang Sa'ad bin Abi Waqqash ra, maka diutuslah bersamanya seorang pengintai yg bertanya tentang Sa'ad di Kufah, maka ia berkeliling di masjid Kufah dan tak ada yg menyaksikan kecuali kebaikan Sa'ad ra, maka berkatalah seorang lelaki yg dikenal dg nama Aba Sa'dah : Jika kau bertanya pada kami maka sungguh Sa'ad (ra) tidak membagi dg adil, dan banyak lagi fitnahnya pada Sa'ad ra, maka berkatalah Sa'ad (ra) "Wahai Allah jika ia dusta maka panjangkan usianya, dan panjangkan kemiskinannya, dan munculkan atasnya fitnah fitnah".
Maka berkata Ibn Umair ra kulihat ia tua renta hingga kedua alisnya sudah hampir menutup kedua matanya karena sangat tua, dan sangat miskin, dan mengejar ngejar para wanita di jalanan seraya memegang megangnya, jika ditanya padanya : Kenapa kau berbuat ini??, ia menjawab : Aku adalah si tua renta yg terkena fitnah karena doa Sa'ad (ra). ( Shahih Bukhari Bab Adzan)

RIWAYAT TSIGAH LAINNYA TENTANG KERAMAT PARA SAHABAT DAN IMAM IMAM
Berkata Imam Al Khazin : telah diriwayatkan dari Abu Sa'id Alkhudri ra Sungguh Rasulullah saw bersabda : "hati hatilah pada firasat orang mukmin, sungguh (firasat) dia itu melihat dengan Cahaya Allah" (diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Attaarikh, dan Ibn Jarir, Ibn Hatim, Ibn Sunniy, Abu Nu'aim, dan diriwayatkan pula oleh Imam Attirmidziy dan Imam Attabrani, dan diriwayatkan pula oleh Ibn Jarir dari Ibn Umar ra)

Dan pada para ulama dan para pemilik anugerah, bahwa pada firasat mereka teriwayatkan dg kabar dan riwayat yg masyhur, diantaranya dikatakan oleh Al hafidh pada kitabnya "Tawaali Atta'sis" berkata Assaajiy, berkata padaku Abu Dawud, berkata kepadaku Qutaybah, berkata pada Abdu Hamiid, aku keluar bersama Imam Syafii dari Makkah, maka kami bertemu seorang lelaki di Abtah, maka kukatakan pada Imam Syafii : "Tebak keberadaan lelaki itu..?", maka berkata Imam Syafii : "Dia itu tukang kayu, atau penjahit!", maka kutanya pada lelaki itu seraya berkata : "Dulu aku tukang kayu dan sekarang penjahit",

Diriwayatkan pula oleh Al Hakim dari riwayat lain, dari Qutaybah berkata : "Kulihat Muhammad bin Alhasan dan Imam Syafii duduk berdua diteras Ka'bah, maka lewatlah seorang lelaki, maka berkatalah salah satu dari mereka : "kemarilah kami akan menebak pekerjaanmu, maka berkata salah satu dari mereka (Muhammad bin Alhasan dan Imam Syafii) engkau adalah Penjahit!, dan berkata yg lainnya : Engkau adalah tukang kayu!, maka berkata orang itu : "dulu aku penjahit dan sekarang tukang kayu".
Berkata Al Hafidh : sanad kedua riwayat diatas shahih.
(Tuhfatul ahwadziy bisyarh Jami Tirmidziy Bab : Min Suuratil Hijr Juz 8 /556)

diriwayatkan berkenaan syarh hadits firasah, bahwa Ustman bin Affan ra dikunjungi beberapa sahabatnya, dan diantara mereka memandang pada seorang wanita, maka berkata Utsman bin Affan ra : "salah satu dari kalian masuk kerumahku dengan mata yg berzina!", maka berkatalah seorang dari mereka dengan kagetnya : "Apakah ada wahyu setelah Rasulullah..??" (maksudnya pembicaraan yg membuka masalah gaib dan tersembunyi/kasyaf), maka berkata Utsman bin Affan ra: "Bukan wahyu, namun firasat yg benar!". (Syarh Musnad Abi Hanifah juz 1 /566).

23 Mar 2010

Aku Mencintaimu Karena Agama Pada Dirimu Pesan Baru

0 komentar
Jika hilang agama yang ada pada dirimu, maka hilang pula cintaku padamu.

Saudariku, Islam adalah satu-satunya agama terbaik yang mengajarkan untuk menjaga kesucian dan memelihara moral kita. Salah satunya adalah dengan mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan sekaligus melarang pergaulan bebas antara lelaki dan wanita yang bukan muhrim. Karena kesan pergaulan antara laki-laki dan wanita yang bukan muhrim cenderung kepada godaan syaitan dan fitnah yang besar, ini terbukti pada masyarakat jahiliah terdahulu dan masyarakat jahiliah sekarang. Oleh karena itu Islam menyerukan hijab sebagai tujuan utama dalam syariat Islam. Hijab adalah suatu sistem kehidupan yang lengkap dan sempurna serta memberi kebaikan kepada seluruh umat manusia.

Hijab, yang secara harafiah berarti tirai atau dinding, yang bisa berarti perlindungan wanita dalam Islam dari pandangan laki-laki terutama yang bukan muhrim. Salah satu prinsip dasar Islam adalah pewujudan suatu sistem yang suci, sehingga Islam senantiasa berusaha mendidik setiap anggota masyarakat, laki-laki maupun wanita, untuk menjadi manusia yang bertaqwa, disiplin, dan menjaga kesucian mereka.

Dan di antara pendidikan yang penting adalah dengan latihan agar manusia berdisiplin atas kecenderungan mereka terhadap jenis yang lain dan agar kecenderungan-kecenderungan ini hanya disalurkan melalui jalan yang halal. Untuk tujuan ini Islam membuat suatu sistem yang bernama hijab.

Sistem hijab adalah peraturan-peraturan yang merupakan elaborasi tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam sosialisasi antara pria dan wanita. Hijab tak terbatas pada perintah bagi wanita untuk menutup kepala dan wajah saja, melainkan suatu sistem yang menyeluruh yang menjadi panduan-panduan dasar bagi laki-laki dan wanita dalam bermu’amalah untuk membangun masayarakat.

Pengertian hijab sebagai suatu sistem bisa kita pahami lewat firman Allah swt yang menyerukan kepada laki-laki terlebih dulu untuk berhijab sebelum kepada wanita seperti dinyatakan di bawah ini:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
QS. an-Nur (24) : 30

Selanjutnya Allah juga menyerukan hijab kepada kaum wanita seperti di bawah ini:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
QS. an-Nur (24) : 31

Namun demikian, apabila kita menemui saudari kita lainnya yang belum berhijab atau sudah berhijab tetapi masih sebagai sekedar asesoris dan masih menunjukan akhlak yang kurang bagus, maka sudah menjadi tugas kitalah sesama muslim untuk mengajak dan mengingatkannya. Sudah barang tentu dengan cara yang baik dan tutur kata yang lembut tanpa melukai perasaan mereka. Apalagi sampai menghina dan mengucilkan mereka dari pergaulan kita. Bisa jadi mereka belum tahu mengenai hijab. Atau apabila sudah tahu mereka belum punya niat yang kuat untuk melaksanakannya. Dan apabila sudah punya niat untuk berhijab barangkali mereka belum mampu untuk menjalaninya. Maka tuntunlah mereka dengan pengertian serta cara yang paling sederhana dan mudah untuk mereka pahami atau jalani.

Dan bagi saudariku yang sudah tahu mengenai hijab tapi masih enggan untuk berhijab biarkanlah kami dengan cara kami dan tidak menghalangi kami dalam mencapai ridla Allah. Janganlah sampai memusuhi kami dengan keyakinan kami. Atau mempengaruhi saudari yang lain untuk tidak mengikuti jalan kami. Karena memang sesungguhnya kita adalah bersaudara. Ya Allah cintakanlah aku pada hati hambaMu yang mencintaiMu agar makin tebal cintaku padaMu.

Bukankah yang indah semakin indah bila tertutup, akan menarik bila semakin tidak terlihat. Biarlah tetap akan menjadi misteri untuk selamanya, yang tidak akan pernah selesai kecuali dengan memilikinya. Sesuatu yang tidak bisa disingkap apalagi disentuh akan menimbulkan kerinduan dan misteri. Dan sesuatu yang tersembunyi dengan baik, terjaga dengan utuh akan tampak bernilai tinggi. Tanpa hijab tak akan bernilai. Begitu pula dengan Allah yang senantiasa tersembunyi diliputi misteri, maka kita selalu merindukan untuk berjumpa dengan-Nya. Biarlah indah pada waktunya.

16 Mar 2010

ALLAH S.W.T MENGATUR SEGALA URUSAN

0 komentar
SENANGKAN HATIMU DARI URUSAN TAKDIR KERANA APA YANG DIATUR OLEH SELAIN-MU TENTANG URUSAN DIRIMU, TIDAK PERLU ENGKAU CAMPUR TANGAN.

Kita bertauhid melalui dua cara, pertama bertauhid dengan akal dan keduanya bertauhid dengan hati. Bidang akal ialah ilmu dan liputan ilmu sangat luas, bermula dari pokok kepada dahan-dahan dan seterusnya kepada ranting-ranting. Setiap ranting ada hujungnya, iaitu penyeleaiannya. Ilmu bersepakat pada perkara pokok, bertolak ansur pada cabangnya dan berselisih pada rantingnya atau penyelesaiannya. Jawapan kepada sesuatu masalah selalunya berubah-ubah menurut pendapat baharu yang ditemui. Apa yang dianggap benar pada mulanya dipersalahkan pada akhirnya. Oleh sebab sifat ilmu yang demikian orang awam yang berlarutan membahas tentang sesuatu perkara boleh mengalami kekeliruan dan kekacauan fikiran. Salah satu perkara yang mudah mengganggu fikiran ialah soal takdir atau Qadak dan Qadar. Jika persoalan ini diperbahaskan hingga kepada yang halus-halus seseorang akan menemui kebuntuan kerana ilmu tidak mampu mengadakan jawapan yang konkrit. Qadak dan Qadar diimani dengan hati. Tugas ilmu ialah membuktikan kebenaran apa yang diimani. Jika ilmu bertindak menggoyangkan keimanan maka ilmu itu harus disekat dan hati dibawa kepada tunduk dengan iman. Kalam Hikmat keempat di atas membimbing ke arah itu agar iman tidak dicampur dengan keraguan.

Selama nafsu dan akal menjadi hijab, beriman kepada perkara ghaib dan menyerah diri secara menyeluruh tidak akan dicapai. Qadak dan Qadar termasuk dalam perkara ghaib. Perkara ghaib disaksikan dengan mata hati atau basirah. Mata hati tidak dapat memandang jika hati dibungkus oleh hijab nafsu. Nafsu adalah kegelapan, bukan kegelapan yang zahir tetapi kegelapan dalam keghaiban. Kegelapan nafsu itu menghijab sedangkan mata hati memerlukan cahaya ghaib untuk melihat perkara ghaib. Cahaya ghaib yang menerangi alam ghaib adalah cahaya roh kerana roh adalah urusan Allah s.w.t. Cahaya atau nur hanya bersinar apabila sesuatu itu ada perkaitan dengan Allah s.w.t.

Allah adalah cahaya bagi semua langit dan bumi. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )
Dialah Yang Maha Tinggi darjat kebesaran-Nya, yang mempunyai Arasy (yang melambangkan keagungan dan kekuasaan-Nya); Ia memberikan wahyu darihal perintah-Nya kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya (yang telah dipilih menjadi Rasul-Nya), supaya Ia memberi amaran (kepada manusia) tentang hari pertemuan, - ( Ayat 15 : Surah al-Mu’min )
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad) – Al-Quran sebagai roh (yang menghidupkan hati) dengan perintah Kami; engkau tidak pernah mengetahui (sebelum diwahyukan kepadamu); apakah Kitab (Al-Quran) itu dan tidak juga mengetahui apakah iman itu; akan tetapi Kami jadikan Al-Quran: cahaya yang menerangi, Kami beri petunjuk dengannya sesiapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) adalah memberi petunjuk dengan Al-Quran itu ke jalan yang lurus, - Iaitu jalan Allah yang memiliki dan menguasai yang ada di langit dan yang ada di bumi. Kepada Allah jualah kembali segala urusan. ( Ayat 52 & 53 : Surah asy-Syura )

Apabila cahaya roh berjaya menghalau kegelapan nafsu, mata hati akan menyaksikan yang ghaib. Penyaksian mata hati membawa hati beriman kepada perkara ghaib dengan sebenar-benarnya.

Allah s.w.t telah menghamparkan jalan yang lurus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia berfirman:
Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu, dan Aku cukupkan nikmat-Ku kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi agama untuk kamu. ( Ayat 3 : Surah al-Maa’idah )

Umat Islam adalah umat yang paling bertuah kerana Allah s.w.t telah menyempurnakan nikmat-Nya ke atas mereka dengan mengurniakan Islam. Allah s.w.t menjamin juga bahawa Dia reda menerima Islam sebagai agama mereka. Jaminan Allah s.w.t itu sudah cukup bagi mereka yang menuntut keredaan Allah s.w.t untuk tidak menoleh ke kiri atau ke kanan, sebaliknya terus berjalan mengikut landasan yang telah dibina oleh Islam. Islam adalah perlembagaan yang lengkap mencakupi semua aspek kehidupan baik yang zahir mahupun yang batin. Islam telah menjelaskan apa yang mesti dibuat, apa yang mesti tidak dibuat, bagaimana mahu bertindak menghadapi sesuatu dan bagaimana jika tidak mahu melakukan apa-apa. Segala peraturan dan kod etika sudah dijelaskan dari perkara yang paling kecil hingga kepada yang paling besar. Sudah dijelaskan cara beribadat, cara berhubungan sesama manusia, cara membahagikan harta pusaka, cara mencari dan membelanjakan harta, cara makan, cara minum, cara berjalan, cara mandi, cara memasuki jamban, cara hukum qisas cara melakukan hubungan kelamin, cara menyempurnakan mayat dan semua aspek kehidupan diterangkan dengan jelas.

Umat Islam tidak perlu bertengkar tentang penyelesaian terhadap sesuatu masalah. Segala penyelesaian telah dibentangkan, hanya tegakkan iman dan rujuk kepada Islam itu sendiri nescaya segala pertanyaan akan terjawab. Begitulah besarnya nikmat yang dikurniakan kepada umat Islam. Kita perlulah menjiwai Islam untuk merasai nikmat yang dikurniakan itu. Kewajipan kita ialah melakukan apa yang telah Allah s.w.t aturkan sementara hak mengatur atau mentadbir adalah hak Allah s.w.t yang mutlak. Jika terdapat peraturan Allah s.w.t yang tidak dipersetujui oleh nafsu kita, jangan pula melentur peraturan tersebut atau membuat peraturan baharu, sebaliknya nafsu hendaklah ditekan supaya tunduk kepada peraturan Allah s.w.t. Jika pendapat akal sesuai dengan Islam maka yakinilah akan kebenaran pendapat tersebut, dan jika penemuan akal bercanggah dengan Islam maka akuilah bahawa akal telah tersilap di dalam perkiraannya. Jangan memaksa Islam supaya tunduk kepada akal semasa yang akan berubah pada masa yang lain, tetapi tundukkan akal kepada apa yang Tuhan kata yang kebenarannya tidak akan berubah sampai bila-bila.

Orang yang mengamalkan tuntutan Islam disertai dengan beriman kepada Qadak dan Qadar, jiwanya akan sentiasa tenang dan damai. Putaran roda kehidupan tidak membolak-balikkan hatinya kerana dia melihat apa yang berlaku adalah menurut apa yang mesti berlaku. Dia pula mengamalkan kod yang terbaik dan dijamin oleh Allah s.w.t. Hatinya tunduk kepada hakikat bahawa Allah s.w.t yang mentadbir sementara sekalian hamba berkewajipan taat kepada-Nya, tidak perlu masuk campur dalam urusan-Nya.

Mungkin timbul pertanyaan apakah orang Islam tidak boleh menggunakan akal fikiran, tidak boleh mentadbir kehidupannya dan tidak boleh berusaha membaiki kehidupannya? Apakah orang Islam mesti menyerah bulat-bulat kepada takdir tanpa tadbir?

Allah s.w.t menceritakan tentang tadbir orang yang beriman:
Maka Yusuf pun mulailah memeriksa tempat-tempat barang mereka, sebelum memeriksa tempat barang saudara kandungnya (Bunyamin), kemudian ia mengeluarkan benda yang hilang itu dari tempat simpanan barang saudara kandungnya. Demikianlah Kami jayakan rancangan untuk (menyampaikan hajat) Yusuf. Tidaklah ia akan dapat mengambil saudara kandungnya menurut undang-undang raja, kecuali jika dikehendaki oleh Allah. (Dengan ilmu pengetahuan), Kami tinggikan pangkat kedudukan sesiapa yang Kami kehendaki; dan tiap-tiap yang berilmu pengetahuan, ada lagi di atasnya yang lebih mengetahui. (Ayat 76 : Surah Yusuf )
Dan kepunyaan-Nya jualah kapal-kapal yang berlayar di lautan laksana gunung-ganang. (Ayat 24 : Surah ar-Rahmaan )

Nabi Yusuf a.s, dengan kepandaiannya, mengadakan muslihat untuk membawa saudaranya, Bunyamin, tinggal dengannya. Kepandaian dan muslihat yang pada zahirnya diatur oleh Nabi Yusuf a.s tetapi dengan tegas Allah s.w.t mengatakan Dia yang mengatur muslihat tersebut dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Kapal yang pada zahirnya dibina oleh manusia tetapi dengan tegas Allah s.w.t mengatakan kapal itu adalah kepunyaan-Nya. Ayat-ayat di atas memberi pengajaran mengenai tadbir yang dilakukan oleh manusia.

Rasulullah s.a.w sendiri menganjurkan agar pengikut-pengikut baginda s.a.w mentadbir kehidupan mereka. Tadbir yang disarankan oleh Rasulullah s.a.w ialah tadbir yang tidak memutuskan hubungan dengan Allah s.w.t, tidak berganjak dari tawakal dan penyerahan kepada Tuhan yang mengatur pentadbiran dan perlaksanaan. Janganlah seseorang menyangka apabila dia menggunakan otaknya untuk berfikir maka otak itu berfungsi dengan sendiri tanpa tadbir Ilahi. Dari mana datangnya ilham yang diperolehi oleh otak itu jika tidak dari Tuhan? Allah s.w.t yang membuat otak, membuatnya berfungsi dan Dia juga yang mendatangkan buah fikiran kepada otak itu. Tadbir yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w ialah tadbir yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunah. Islam hendaklah dijadikan penapis untuk mengasingkan pendapat dan tindakan yang benar dari yang salah. Islam menegaskan bahawa sekiranya tidak kerana daya dan upaya dari Allah s.w.t, pasti tidak ada apa yang dapat dilakukan oleh sesiapa pun. Oleh yang demikian seseorang mestilah menggunakan daya dan upaya yang dikurniakan Allah s.w.t kepadanya menurut keredaan Allah s.w.t. Seseorang hamba Allah s.w.t tidak sepatutnya melepaskan diri dari penyerahan kepada Allah Yang Maha Mengatur. Apabila apa yang diaturkannya berjaya menjadi kenyataan maka dia akui bahawa kejayaan itu adalah kerana persesuaian aturannya dengan aturan Allah s.w.t. Jika apa yang diaturkannya tidak menjadi, diakuinya bahawa aturannya wajib tunduk kepada aturan Allah s.w.t dan tidak menjadi itu juga termasuk di dalam tadbir Allah s.w.t. Hanya Allah s.w.t yang berhak untuk menentukan. Allah s.w.t Berdiri Dengan Sendiri, tidak ada sesiapa yang mampu campur tangan dalam urusan-Nya.

14 Mar 2010

TANDA DITERIMA AMAL

0 komentar
BARANGSIAPA YANG DAPAT MERASA MANIS BUAH DARI AMALNYA SEKARANG (DI DUNIA) IA MENJADI BUKTI DITERIMA AMALNYA KELAK (DI AKHIRAT)

Buah dari amal adalah kesan yang lahir dari amal kebaikan yang dilakukan. Kesan itu menjadi tanda menunjukkan sama ada amal seseorang itu diterima oleh Allah s.w.t atau tidak. Banyak ayat al-Quran dan Hadis Rasulullah s.a.w yang menceritakan tentang tanda-tanda yang boleh dibuat ukuran tentang amal yang dilakukan. Misalnya Rasulullah s.a.w bersabda:
Barangsiapa tidak dicegah oleh sembahyangnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat dengan Allah s.w.t, bahkan bertambah jauh.

Sembahyang yang diterima oleh Allah s.w.t adalah sembahyang yang mendekatkan orang yang melakukannya kepada Allah s.w.t dan tandanya adalah orang itu dilindungi dari terjerumus melakukan perbuatan keji dan munkar. Andaikata mata hati dapat melihat nescaya akan kelihatan sembahyang dan amal kebaikan yang lain, mengeluarkan nur-nur yang menjadi tentera melindungi orang yang berbuat sembahyang dan kebaikan itu daripada percubaan tentera musuh menjatuhkannya ke dalam lembah kekejian dan kemunkaran. Orang tersebut kadang-kadang terlintas juga dihatinya untuk melakukan maksiat, tetapi nur-nur yang menjadi tentera amal kebaikan bertindak menghindarkannya daripada melakukan maksiat yang ingin dilakukannya itu, hinggakan dia sendiri hairan bagaimana dia boleh terselamat padahal dia sudah berada di hadapan pintu maksiat. Tentera nur tersebut bukan setakat mengawal kejahatan daripada menghampiri tuannya bahkan ia juga sering menarik tuannya kepada kebaikan hinggakan orang itu selalu berpeluang berbuat kebaikan tanpa dirancang dan dia selalu berasa hairan bagaimana bila ada sahaja kerja kebaikan maka tiba-tiba dia ikut serta melakukannya sedangkan tiada sesiapa menjemputnya untuk melakukan pekerjaan itu. Inilah yang dinamakan buah daripada amal kebaikan. Jika dia ikhlas menjaga amal kebaikannya, maka tentera nur yang lahir dari amal itu akan ikhlas pula melindunginya, bukan sahaja ketika di atas muka bumi ini, malah tentera nur itu akan menemaninya di dalam kubur, memberi cahaya dan menghilangkan kesunyiannya.

Orang yang tidak mendapat buah dari amalnya sering ditarik ke arah yang berlawanan. Dia mudah terjerumus ke dalam lembah maksiat walaupun dia sudah berusaha berungguh-sungguh untuk menjauhkannya. Dia berasa berat untuk beribadat walaupun dia sudah mencuba untuk khusyuk. Walaupun banyak amal kebaikan yang dilakukannya tetapi jika amal itu tidak ikhlas, iaitu tidak ada nyawanya maka dia tidak dapat menghidupkan tentera nur dari amal tersebut, yang boleh menjaganya daripada kebinasaan.

Oleh sebab amal kebaikan orang Mukmin tidak dibalas sepenuhnya semasa dia hidup di dunia ini maka Allah s.w.t menggantikannya dengan sejenis rasa kelazatan dan kepuasan mengiringi amalnya sehingga dia tidak berasa bosan dan tidak berasa rugi kerana beramal. Amal yang salih ditempatkan di Iliyyin yang berhampiran dengan syurga. Walaupun orang Mukmin masih hidup di dunia, amalnya telah pun diangkat ke Iliyyin dan amal itu sudah dapat mencium bau syurga. Keharuman bau syurga itu disalurkan kepada tuannya yang berada di dunia. Oleh sebab itu orang Mukmin sudah dapat mengecap bau syurga sebelum memasukinya dan ketika mereka masih hidup di dunia. Keharuman dan kelazatan imbasan syurga dirasai ketika mereka beramal, terutamanya ketika bersembahyang. Suasana sembahyang mereka seolah-olah mereka berada di dalam syurga, sebab itulah mereka tidak mendengar desiran angin dan tidak sakit ditikam dengan tombak, kerana kelalaian dan kesakitan tidak ada di dalam syurga. Allah s.w.t berfirman:
Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak berdukacita. (Wali-wali Allah itu ialah) orang-orang yang beriman serta mereka pula sentiasa bertakwa. Untuk mereka sahajalah kebahagiaan yang menggembirakan di dunia dan di akhirat; tidak ada (sebarang) perubahan pada janji-janji Allah; yang demikian itulah kejayaan yang besar. ( Ayat 62 – 64 : Surah Yunus)

13 Mar 2010

Tabligh Akbar Majelis Al-Hasyimi ( Hadroh Majelis Al-kahfi )

0 komentar

7 Mar 2010

Cinta kepada Allah

1 komentar
Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s

----------

Yang penting dari kisah berikut adalah hikmahnya.



Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."



Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.



Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit. Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."



Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu :

1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.

2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia.

3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.




Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima & lupa kepada yang lima :

1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.

2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.

3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.

4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.

5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."
 

MAJELIS AL-KAHFI لسلام عليكم ورحمة الله وبركات Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template